free web counter

Members of Muslimin

All My Crews

Members of Muslimat

Semester 09/10

Academic Year 2009/2010

Semester II
Lectures28.12.2009 - 12.02.2010
Break13.02.2010 - 21.02.2010
Lectures22.02.2010 - 11.04.2010
Revision12.04.2010 - 18.04.2010
Examination19.04.2010 - 09.05.2010
Special Semester
Lectures and Examination10.05.2010 - 27.06.2010
Break10.05.2010 - 04.07.2010S

Labels

Basshunter - All I Ever Wanted

Radio Malaysia Online

Followers

About Me

My photo
Ipoh, Perak, Malaysia
Al-kisah dimaktubkan nama pada diri ini Muhammad Syafaat Bin Mohd Azli.Merupakan Putera Sulong dari 7 adik-beradik yang dilahirkan di Gerik ,Negeri Perak Darul Ridzuan.Kini putera ini semakin membesar dan mendapat pendidikan awal di Sekolah Seri Adika Raja,Gerik.Kemudian di awal remaja meneruskan pengajian di Madrasah Idrisiah Kuala Kangsar dan Sekolah Menengah Raja Dr. Nazrin Shah(SARJANA).Seterusnya putera meneruskan pengajian di Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya,Nilam Puri Kelantan.Kini putera berada di Universiti Malaya Kuala Lumpur dalam Ijazah Sarjana Muda Syaridah dan Undang-undang selama 4 Tahun.Putera merupakan mantan Jawantankuasa Kebajikan dan kemasyarakatan di APIUM Nilam Puri.

ShoutMix chat widget

MEMBENTUK KECEDASAN ROHANI MELALUI PUASA

Posted by Alsyuk


Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Al Ma'idah: 93)

Selama ini manusia cenderung lebih menekankan kecerdasan intelektual (IQ), tanpa mempertimbangkan potensi kecerdasan yang lain dan menganggapnya sebagai satu-satunya kecerdasan yang bisa membawa manusia pada kemajuan. Hal itu justru mengakibatkan terjadinya berbagai kerusakan pada kehidupan manusia di bumi ini.

Jika manusia selain memiliki kecerdasan intelektual juga memiliki kecerdasan rohaniah maka tentu lain kondisinya. Kecerdasan rohaniah ini akan menuntun manusia untuk bertindak dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya kepada Allah, manusia dan alam. Namun tidak semua manusia dapat menumbuhkan dan mengembangkan kecerdasan rohaniahnya tanpa disertai niat dan usaha yang sungguh-sungguh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pelaksanaan ibadah puasa.

Kecerdasan rohaniah atau transcedental intelligence adalah kecerdasan yang berpusat pada rasa cinta yang mendalam kepada Allah dan seluruh ciptaan-Nya. Atau kemampuan seseorang untuk mendengarkan hati nuraninya atau bisikan kebenaran yang dalam mengambil keputusan atau melakukan pilihan-pilihan, berempati dan beradaptasi. Kecerdasan rohaniah merupakan esensi dari seluruh kecerdasan yang ada, karena berada pada nilai-nilai keimanan kepada Ilahi. Salah satu indikator kecerdasan rohaniah adalah takwa. Takwa atau senses of responsibility, mengandung pengertian tidak hanya sebagai pengetahuan, namun juga merupakan sebuah dorongan untuk menunjukan bukti tanggungjawab atas apa yang diketahuinya. Allah SWT telah memerintahkan umat manusia untuk bertakwa sebagai mana tertuang dalam ayat tersebut di atas. Terkandung di dalamnya kaitan antara takwa (tanggungjawab), iman (prinsip) dan amal saleh yang merupakan indikasi kecerdasan rohaniah.

Untuk mewujudkan rasa takwa dan meningkatkan iman, maka manusia harus melakukan satu bentuk amal saleh, yaitu perbuatan yang ditujukan semata-mata untuk Allah dan mengandung nilai-nilai kebaikan. Salah satu bentuk tersebut juga merupakan kewajiban bagi umat Islam untuk mengerjakannya adalah puasa. Puasa merupakan bentuk ibadah kepada Allah yang mengandung pesan moral, tidak hanya masuk ke wilayah pribadi yang bersifat individual dan psikologis, namun juga masuk ke wilayah sosial, politik, ekonomi dan kultural.

Tetapi puasa tidak serta merta menjamin seseorang pasti menjadi saleh dan takwa. Hal itu dikarenakan hasil puasa tergantung pada pengertian dan niat orang yang bersangkutan. Jika seseorang dapat memahami tujuan puasa dan mencoba untuk mencapainya, maka orang tersebut akan menjadi saleh dan takwa (seperti disebutkan Allah SWT dalam QS. Al-Baqarah: 183)

Puasa pada bulan Ramadan ini, merupakan pendidikan tingkat tinggi bagi jiwa. Puasa melatih manusia untuk meninggalkan hawa nafsu yang paling kuat yaitu hawa nafsu perut dan hawa nafsu seksual, dengan tujuan mencapai keridhaan Allah SWT.

Mengenai ibadah puasa ini, Dr. Ali Abdul Hakim Mahmud berpendapat bahwa puasa adalah “sekolah” yang lengkap untuk mendidik jiwa, bahkan jiwa dan jasmani sekaligus. Pada hakikatnya, puasa sebagai sarana bagi manusia untuk membentuk dua hubungan yaitu hubungan dengan Allah SWT (hablun min Allah) dan hubungan dengan manusia (hablun min al-naas). Pembentukan hubungan dengan Allah SWT karena puasa mengandung pengertian penghambaan seumur hidup kepada Allah SWT. Sebagaimana dalam QS Adz-Dzariyat: 56 “Dan tidak aku ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada- Ku”. Adapun pembentukan hubungan dengan manusia karena dengan berpuasa manusia dapat merasakan penderitaan kelaparan orang-orang yang miskin.

Sehingga dalam diri orang yang berpuasa tumbuh solidaritas sosial yang tinggi untuk membantu saudaranya yang menderita kekurangan. Dengan berpuasa juga seseorang dilatih untuk mengontrol dirinya atau untuk latihan kesabaran.

Bagaimanapun, puasa merupakan sarana untuk membersihkan hati. Sedangkan hati adalah pusat dari kecerdasan rohaniah yang perlu mendapat pendidikan rohani. Karena dengan hati Allah ingin memanusiakan manusia, memuliakannya dari segala makhluk ciptaan-Nya dan karena hati pula manusia membinatangkan dirinya. Terhimpunnya perasaan moral dalam hati manusia, akan mendorong manusia untuk menampilkan bentuk tindakan yang berorientasi pada prestasi (amal saleh), sehingga tumbuhlah kecerdasan rohaniah yang paling awal yaitu kesadaran untuk bertanggung jawab.

Pada akhirnya ibadah puasa sebagai bentuk pendidikan rohani yang bertujuan membentuk kecerdasan rohaniah, akan memberikan pengaruh pada diri manusia; pertama, Membersihkan dan menjernihkan jiwa seseorang dari sifat negativisme dan sikap menyerah. Kedua, Membiasakan seseorang mencintai kebajikan dan kebenaran karena jiwanya telah bertautan dengan Allah SWT. Ketiga, Menjadikan seseorang berpegang teguh pada metode yang telah dipilih Allah SWT sebagai agama untuk seluruh manusia. Keempat, mendorong manusia untuk mencintai dan saling kasih sayang dengan sesama. Kelima, mengajarkan seseorang agar tidak melakukan kesalahan dan tidak melanggar ketentuan Islam, baik berupa hukum, syariat maupun etika. Keenam, membiasakan rohani seseorang untuk mencintai kebaikan dan membenci keburukan sehingga selalu siap melakukan amar ma'ruf nahi munkar.

Sebagai penutup tulisan ini, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan rohaniah yang dicapai melalui ibadah puasa, bertumpu pada ajaran cinta (mahabbah) yang akan melahirkan sebuah kepedulian yang sangat kuat terhadap moral dan kemanusiaan. Orang yang memiliki kecerdasan rohaniah akan senantiasa tampil sebagai sosok yang penuh moral cinta dan kasih sayang, mencintai dan ingin dicintai karena Allah SWT. Dengan pemilikan dan penguasaan kecerdasan rohaniah inilah maka, krisis dan bencana yang menimpa bangsa ini akan teratasi dengan baik. Insya Allah. (*)